Menangis

"Kalau kamu nangis, kamu tuh kayak perempuan"

Kira-kira begitulah kalimat yang selalu dilontarkan kepada anak lakinya agar tidak menangis. Karena, menangis adalah kepunyaan perempuan, manusia inferior, lemah, tidak berdaya.
Jujur aku sangat tidak setuju bahwa menangis adalah perempuan. Laki-laki juga manusia yang bisa menangis juga, tetapi karena tuntutan sosial yang membuat laki-laki adalah makhluk yang kuat sehingga sangat tabu untuk menangis.

Dilahirkan sebagai perempuan, aku sangat susah sekali untuk menangis. Karena buatku menangis terlihat sebagai perempuan yang lemah, tidak kuat menjalani hidup. Tetapi, itu bukanlah suatu alasan yang kuat. Dengan menangis orang bisa lebih lega melepaskan segala beban yang ada dalam hati dan pikirannya. Terkadang, aku membutuhkan suatu stimulus seperti film-film yang sedih, ataupun membayangkan apa yang bisa membuatku menangis. Aku saja sampai cemburu dengan temanku, Bty, karena dia selalu menangis. Kalau dia kangen dengan pacarnya, dia menangis. Kalau dia dibentak dengan kata-kata kasar, dia menangis. Aku iri, karena dia begitu mudah mengeluarkan air mata. Pernah aku berpikir, "Kapan ya..aku bisa seperti dia .. Menangis dengan gampang .."

Sedari kecil, aku sudah terlihat bakat maskulin. Aku tidak pernah menangis. Dipukul pakai apapun, silahkan... Tetapi, aku paling gak kuat kalau ditusuk dengan kata-kata yang menyakitkan. Pernah kebayang gak, ketika kamu dikatain 'perek' oleh orang yang melahirkanmu ? Jangan ditanya sakitnya seperti apa. Yang ada adalah rasa kecewa, rasa sakit yang gak akan bisa disembuhkan dengan apapun, marah, dendam. Semua bercampur jadi satu. Itulah awal ketika mata ini mengeluarkan butiran-butiran air. SMP tepatnya. Air mata yang deras ... Yang tidak pernah bisa kulupakan kejadian itu sampai kapanpun ...

Kuliah. Aku terkenal dengan perempuan yang tegar, kuat. Tetapi bagi mereka yang mengetahui siapa aku, mereka tahu bahwa aku bersikap tegar dan kuat karena aku dituntut seperti itu. Aku gak pengen orang lain tahu kesusahanku. Nunu knows everything bout me ... Btw, Nu..i miss u... :P Hingga semester tiga-an, aku menangis meraung-raung di tribun basket kampusku. Gara-garanya aku diremehkan orang. Aku paling gak suka diremehkan. Puncaknya, aku menangis sejadi-jadinya. Setelah itu, aku lega! I feel better... Once again, Nunu knows when I'm crying... Hehehe...
* * * *

Pertengahan kuliah, aku mengenal sosok lelaki, dia bisa kubilang Penjahat Kelamin. Karena, kalau dia ketemu aku, dia selalu bercerita seputar alat kelamin dia beradu dengan banyak perempuan. Hmmm... Tapi, siapa sangka dibalik kesangaran dan kegagahan dia...
Suatu malam, dia menangis di depanku. Dia mengajakku ke Malang, karena Ayahnya menelpon dia untuk segera ke rumah Malang. Ayahnya ternyata sudah menikah lagi. Dan, dia dipanggil karena Ayahnya ingin mengenalkan Ibu barunya ke dia. Apa yang terjadi ? Dia menangis. Dia cuma berkata,"Yenk, dia gak kayak Ibuku." Cuma itu kalimat yang bisa dia keluarkan dari mulutnya. Selebihnya hanyalah airmata yang menetes tak henti-hentinya ...

Dia, lelaki, sekarang... apakah menangis itu hanya kepunyaan perempuan ???
Engga!! Laki juga boleh menangis, siapa yang ngelarang ??
Tuhan saja menangis kalau melihat kita berbuat dosa. Tuhan tidak pernah malu untuk menangis. Kenapa manusia malu ?
Padahal, Tuhan-lah yang menciptakan kita, manusia yang mempunyai rasa ....
* * * *

Seorang anak Metal-pun bisa menangis ketika ditinggalkan perempuan yang dicintainya ....
Seorang pembunuh bayaran-pun juga bisa menangis, ketika dia melihat perempuan yang kuat yang selalu mendampingi dia harus ditinggalkan untuk selama-lamanya...

Kata Mas Candil,"Rocker juga manusia, punya rasa punya hati, jangan samakan dengan pisau belati"

Jadi, masih malukah anda untuk menangis ???

1 komentar:

Pardjan mengatakan...

saya sering menangis kalo liat film, terutama film2 perang...

Posting Komentar