How Lucky I am : "My Journey to get Bachelor Degree of Psychology"

Sebenarnya saat SMA tidak terbersit pikiran akan kuliah dimana, saya hanya ingin menjalani hidup ini apa adanya, mengalir seperti air. Penghujung ebtanas, banyak universitas mengadakan pameran pendidikan menjaring calon mahasiswa. Iseng, saya mendaftar Universitas Surabaya (UBAYA) yang pada waktu itu membuka pendaftaran calon mahasiswa Jalur Prestasi, yaitu tanpa tes dan hanya berbekal pada nilai rata-rata dan rangkin 10 besar. Kelas 1, 2 SMA saya selalu 10 besar ! Saya ikut mendaftar untuk fakultas Farmasi dan Psikologi dan berharap saya tidak masuk, karena melihat uang semesterannya yang bikin muntah ! Ternyata, saya masuk dua fakultas tersebut. Bingung melanda. Saya berkonsultasi pada orangtua dan mereka menyumbangkan ide untuk masuk Fakultas Psikologi aja. Okelah, saya tidak keberatan, karena saya suka berinteraksi dengan banyak orang.


Perjalanan siap dimulai...

Saya menjadi mahasiswi Ubaya, saya mengikuti serangkai ospek yang bikin ribet nan capek, tapi semua mengesankan :) Ditahun pertama inilah saya mendaftar masuk Organisasi Pencinta Alam (MAPAUS), jiwa petualang dan maskulin saya lebih kuat :) Semester pertama kulalui dengan berpetualang dari kota satu ke kota lain. Saya terlena akan nikmatnya menjadi mahasiswa. Semua serba bebas, saya yang saat itu belum terasah akan tanggungjawab saya sebagai mahasiswa, membuat IP saya di semester pertama begitu bergetar: 1,6 ! Sungguh suatu awal yang buruk menurut teman-teman saya.

^ ^ ^

Semester kedua, bukannya ada pembetulan tetapi malah parah, IPku semakin menurun menjadi 1,4 seiring dengan ketidakhadiranku yang semakin jarang bahkan tidak pernah duduk di bangku kelas. Aku sering menghilang ke Malang. Kota yang sejuk, damai, dan di setiap malamnya selalu tersedia botol-botol beer dan anggur dan berbatang-batang ganja dan rokok. Aku semakin tidak pernah menginjakkan kota Surabaya, kamar kostku, rumahku yang saat itu di Gresik, bahkan kelas kuliahku...

^ ^ ^

Semester ketiga, apa yang terjadi? 0,8 !! Wow ! Fantastic number ! Di KHS hanya ada huruf D dan E !!! Untuk 16 SKS !! Sampai tingkat kedua ini, tidak selembar KHS aku beritahu pada orangtuaku.. Mereka hanya tahu anaknya kuliah !

^ ^ ^

Semester keempat, diakhir tingkat dua, adalah waktunya evaluasi D.O. Itulah aturan UBAYA, aku yang di semester sebelumnya hanya ber-IPK-kan 0,8 butuh tenaga ekstra bahkan sampai terengah-engah demi mendapatkan IP 2,0 untuk lolos D.O ! Syarat lolos D.O: IP 2,0 dan atau SKS >60 ... Saat itu aku sedang melakukan perjalanan Jawa tengah: Semarang, Purworejo, dan Jogjakarta. Tiba-tiba seorang teman menelpon dan berkata, "Woi ! G mulih ta? Kon ke D.O loh !" Jantungku berdegup kencang. Bingung. Keesokan harinya, saya dan teman-teman pulang ke Surabaya. Ternyata, saya tidak jadi di D.O. IP saya 1,9 saya lolos karena SKS saya >60, yaitu 75 ! Bahagianya ! Saat itu juga saya berjanji akan rajin kuliah dan memperbaiki IP saya supaya diatas 2,0.

^ ^ ^

Pada semester kelima ditahun ketiga saya mulai memberitahukan IP saya kepada orangtua... KHS dr semester 1-4 saya buang, saya sobek-sobek... Di semester lima IP saya perlahan-lahan mulai merangkak naik dengan angka 2 didepannya :D

^ ^ ^

Tahun kelima, selesai sudah mata kuliah saya rampungkan. Dan saya memulai dengan prasyarat kelulusan yaitu SKRIPSI. Disinilah saya diuji ... Dua tahun saya mengerjakan skripsi. Dimana saya harus membuka luka lama yang sebenarnya sudah tertutup rapat dan kemudian saya buka dan didalamnya sudah membusuk dan bernanah.. Skripsi benar-benar menyita waktu, tenaga, pikiran dan hati saya... Mulai dengan nangis sesenggukan dengan dosen pembimbing saya, Bu Tiwi, hingga teman-teman seangkatan... Kemudian tertawa, tersenyum, marah, benci, jengkel, dan lain-lain... Bercampur aduk selama dua tahun pembuatan skripsi.

^ ^ ^

Tahun ketujuh... 30 Agustus 2009 adalah deadline D.O ! D.O masa studi, karena setiap mahasiswa diberi batas waktu tujuh tahun untuk kuliah! Sebenarnya bukan itu sih, karena orangtua sudah tidak sanggup membayar ! Saya kebut skripsi dan pada tanggal 23 Agustus saya sidang ! Disinilah eksistensial saya sebagai mahasiswa diuji didepan empat orang dosen ! Skripsi dengan judul: "Rhei: Korban dan Pelaku kekerasan dalam Relasi Lesbian" berhasil mengantarkan saya pada gerbang kelulusan dan wisuda.

Akhirnya selesai sudah perjuangan dan perjalanan panjang selama tujuh tahun . Panggil saya, "Gita Seroja B. Nasution, S.Psi" ^_^

Terimakasih untuk semua orang dan pihak yang telah membantu saya selama tujuh tahun ! ILU all !

Struggling a Life !

"Ia bekerja sebagai tukang pemecah batu dari jam 7 pagi - 5 sore dengan gaji 400 rb per bulan, Ia adalah seorang single-mother dengan dua anak yang masih duduk di bangku SD, Ia adalah pelacur yang menjajakan tubuhnya dari jam 12 malam - 4 pagi di kompleks pemakaman Cina, demi mendapatkan uang 40 rb , dimana 1 laki-laki membayar 10 rb, jadi tiap malam ia harus bisa mendapatkan 4 laki-laki, Pulang menjajakan diri ia harus membayar ongkos ojek 12 rb, sisa uangnya tinggal 28 rb yang ia pakai untuk memberi uang saku kedua anaknya dan makan hari itu. Masihkah kau memandangnya dengan sebelah mata? Ia adalah perempuan yang paling kuat menjalani dan bertahan hidup. Maka dari itu belajarlah dari Pelacur akan arti dan makna hidup"