Lima jam bersama EdiTh.. :)

Edith ...?

Aku harus cerita dari mana tentang ia...??

Hm.. Edith itu waria, Runner Up I Putri Waria Indonesia 2007, ia berjilbab, cantik, anggun, pinter, supel, pokoknya menyenangkan deh ... Oia, namanya Edi Setiawan, sekarang menjadi Edith Revanantha. Dan dia sudah menikah secara heteroseks dengan pasangannya...

Aku kmrn pergi sama dia, mengantar dia ke tempat dia dulu bersekolah SMA 4 Surabaya.. Begitu masuk gerbang sekolahnya, ia langsung menghambur menuju guru-gurunya, melepas rindu, bercerita ngalor ngidul, tertawa terkikik-kikik.. Aku hanya melihat, menyaksikan kegembiraannya yang begitu membuncah di dadanya...

Kemudian ada seorang guru mendekatiku dan bertanya:

"Mbak, Edi udah operasi?"

"Blum tuh setahu saya. Knp Bu?"

"Soalnya saya pernah ketemu dia di pasar Atum, katanya dia mau berangkat ke Thailand ikut pemilihan Miss Transgender disana, dia mau operasi?"

"Ooo.. wah gak tau lagi ya Bu, tp setahu saya Edith gak operasi kog..."

* * * *

Saya kembali melihat rasa senang Edith... Tapi saya menangkap beberapa pasang mata melihat Edith seperti melihat mahkluk aneh.. Ada juga bapak-bapak guru yang melihat dengan takjub dan terlihat di matanya menginginkan Edith lebih... :)

Yang jelas Edith begitu diterima di lingkungan dimana ia dulu menuntut ilmu...

* * * *

Setelah itu kita berdua nongkrong di kantinnya, dan ibu-ibu kantin begitu kangen sama Edith, mereka pun antusias mendengar ceritanya...

Ah... Ada kebahagiaan dalam hatiku, saat temanku begitu bisa diterima di masyarakat yang semakin aneh membuat fatwa-fatwa dan melabeli manusia dgn cap-cap yang menurutku tidak masuk akal.. *Emang para pembuat fatwa itu punya akal?*

* * * *

Aku mengajak Edith ke TB. Togamas Pucang. Sampai disana semua mata memandang kita.. Ya.. Saya yang secara fisik perempuan malah terlihat lelaki sekali, sedangkan Edith yang secara fisik lelaki justru melebihi perempuan "asli".... Hehehehe.. Tapi saya bangga dengan kelebihan dan kekurangan yang kita miliki...

* * * *

Setelah mengakhiri semua perjalanan, saya mampir di kostnya, makan pangsit, ngobrol ngalor-ngidul dengan ditemani berbatang-batang rokok.. Apalagi cuaca kota Surabaya saat itu hujan.. Nikmat.....

DD* : Terhenyak.. tetapi KuTak bisa berbuat apa-apa…

Ini kali kedua Ibuku menyuruhku pergi ke Pegadaian.. Dua kali pula ia menggadaikan emas. Ini yang aku tahu. Yang aku tidak tahu? Ternyata sering dan berulang kali.. Aku tidak bisa membantunya… Aku hanya bertanya-tanya, kenapa Bapakku tidak memberinya uang…? Hanya itu saja… * * * *