I'm not ready [yet], Darling...

15 Juli 2008, 18.37.27 SMS from +623160687xxx:
"Git, aku dah ngomong ma kakakku, bsk agustus mau lamar kamu".

Aku yang lagi nyetir motor sangat terganggu dengan getaran yang menggetarkan pahaku.. Aku buka dan Voila!!!! Rem aku injak mendadak!!! Adikku dibelakang sampai nubruk-nbruk aku duduknya langsung maju, dia marah, "Kenapa sih mbak?"

Aku diam di pinggir jalan, tepatnya di depan toko kelontong... Adikku turun karena dia ada perlu membeli sesuatu dan tinggalah aku memegang kepalaaa!! I hate this moment!!! Arghhhh!!! :@

Adikku melihatku seperti bertanya, "Kamu kenapa?" I can't answer her Question, and I give her my cell phone... Her reaction? "HAhahahaah.." She laugh ot loud!! I hate her!! :@

* * * *

Okey, keep focus with your motorcycle Gita...

Aku kembali menyetir sepeda motor.. Tapi hati ini campur aduk.. Aku cuma mau teriak keras-keras, "AKU BELUM SIAP!".

Tetapi yang terkasih (masih) egois, dia selalu bilang, "Tapi umurku sudah 28 Git...". Ahh.. selalu itu yang kau jadikan alasan..

Aku masih 24 dan aku masih punya mimpi yang belum aku capai... Please, gimme just 5 years later.. Itu juga yang menjadi alasanku.. Bahkan jika boleh meminta, aku ingin menikah di umur 33 tahun!!!!

Lagi-lagi, yang terkasih selalu beralasan, "Kalau kamu umur 33, aku 37, tar disaat aku sudah tidak mampu mencari uang, anak kita masih kecil Git..."

"Oh com'mon darling, U drive me crazy!!!! F**K!!!"

* * * *

Yang terkasih (masih) tidak mempercayai bahwa aku serius dengan hubungan ini.. "Kalau gak serius, kenapa juga aku masih jalani sampai hampir empat tahun sayang?" ujarku.

Dulu, waktu baru jadian, yang terkasih menanyakan, "Kapan nikah?". And I said, "5 years later darling..". Kata dia (lagi),"Sekarang kita sudah hampir empat tahun jalan dan jawabmu di tahun ini masih saja lima tahun lagi..." Aku bosan dengan ketidakpastianmu, apa kamu benar-benar serius Git?"

"Yes, I'm serious with my (our) relationship!" AKu berkata dengan nada agak meninggi...

Honestly, "Dont push and force me, Darling.., I'm tired.." I said that to him..

Finally, he said, "Okay Git.. Everything we done it's yours... So, up to you...., I'll waiting the moment that we can engagement and then we have a wedding, simple wedding for surely.."

Fiuh.. I can breath again, yihaaa... And I kiss his cheek.. I said, "Thanks honey, U're my everything to me.."

* * * *

Aku belum siap menikah.. Apalagi aku harus punya anak.. That's my nightmare! Aku masih punya mimpi yang belum aku gapai..

Banyak yang menyayangkan sikapku ini, disaat perempuan-perempuan lain menanti kekasihnya untuk melamar, tapi tidak untukku!

Hello, aku masih 24 tahun, umur dimana aku sangat mengejar uang, popularitas, dan kepuasan hati; jiwa; dan pikiran.. Aku belum mendapatkan itu...

Yang pasti, dia masih mau untuk menungguku.. itu penting.. dan aku sangat serius jalani hubungan ini denganmu...

Badanku untuk semua orang tetapi hatiku hanya untukmu seorang

Judul diatas (mungkin) berlaku bagi para penggemar dunia malam, para pecinta one-night-stand, kucing (PSL untuk L), PSP, bahkan untukku...

Sempat pernah mencicipi judul diatas, tapi bertentangan dengan hatiku. Aku ingin lepas dan aku bisa lari dari judul itu.. Aku bisa!

Entah apa yang masih menggelayut di pikiran teman-temanku penganut judul itu, hanya mereka yang tahu..

Apa itu hanya kepuasan selangkangan, kepuasan batin, kepuasan materi, atau sekedar profesional kerja yang bisa merangkum semua kepuasan yang saya sebutkan diatas? I don't know..

Jogjah Gilingan (part III)

Just click here for more information

And leave ur footsteps (comments) :P

Ingin mengutuk 'Bapak' itu!!! X(

Kronologi Kasus Kematian Munir
Rabu, 17 November 2004 | 10:57 WIB
sumber


Hasil otopsi jenazah aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir menunjukkan ada kandungan arsenik (bahan berbahaya dan beracun) di lambung, darah dan urin yang berlebihan. Istri almarhum, Suciwati mendesak pemerintah segera membentuk tim penyelidik kasus kematian suaminya.

Berikut ini kronologi kasus kematian mantan koordinator KONTRAS :

6 September 2004 Pukul 21.55 WIB
Munir berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menuju Amsterdam. Dari Jakarta kemudian transit di Bandara Changi, Singapura. Ia menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 974 jenis pesawat Boeing 747-400 dengan kapasitas penumpang sekitar 380 orang.

7 September 2004
Tiba di Bandara Changi untuk transit sekitar pukul 00.40 waktu setempat.

7 September 2004
Berangkat kembali ke Amsterdam menggunakan pesawat yang sama sekitar pukul 01.50 waktu setempat. Sebelumnya ia berkenalan dengan dr. Tarmizi Hakim, ahli bedah jantung dari Rumah Sakit Jantung dan pembuluh darah Harapan di pintu pemeriksaan.

Setelah berbincang dua sampai tiga menit mereka berpisah. Tarmizi masuk lewat pintu depan di nomor 1E kelas bisnis sedangkan Munir lewat pintu belakang duduk satu barisan dengan dokter tersebut di nomor 40 kelas ekonomi.

Tiga jam penerbangan kemudian Munir mengeluhkan sakit perut dan badannya lemas. Ia meminta pramugari mencari dr. Tarmizi untuk menolongnya. Sebelumnya ia telah enam kali muntah berak dan bolak-balik ke toilet. Tarmizi bangun dan menolong Munir dan memberikan obat untuk menghentikan muntahnya. Namun tak berhasil. Sehabis makan obat, Munir kembali ke toilet. Setidaknya dua kali dia muntah setelah makan obat.

Munir kemudian mulai tenang dan minta tidur di lantai dekat toilet. Dia sempat diberikan teh manis campur garam dan air putih campur garam. Kemudian dr. Tarmizi juga memberikan obat penenang dengan dosis ringan.

Sekitar pukul 6 waktu setempat.
Dr. Tarmizi bangun dan sempat menanyakan kondisi Munir. Pramugari yang ditanya mengatakan kondisi Munir baik-baik saja. Munir sudah pindah tidur dari dekat toilet ke kursi nomor empat. Setelah dr. Tarmizi selesai makan, pramugari memintanya mencek kondisi Munir karena tidak ada reaksi. Setelah diperiksa ternyata Munir telah menghembuskan nafasnya.

Pukul 08.10 waktu Amsterdam
Pesawat mendarat di Bandara Schipoll. Polisi dan dokter memeriksa jenazah Munir. dr. Tarmizi diinterogasi di Bandara.


11 September 2004
Jenazah Munir tiba Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh pada Sabtu (11/9) tepat pukul 21.10. Jenazah almarhum dan rombongan pengantar diangkut dengan Boeing 737 Merpati MZ-3300.

12 September 2004
Jenazah Munir, dimakamkan di Taman Pemakaman Umum, Kota Batu, Minggu (12/9). Isak tangis, sedih dan haru ribuan pelayat mewarnai prosesi pemakaman mulai dari rumah duka di Jalan Diponegoro hingga ke pemakaman yang berjarak sekitar 2 km.

Suciwati, istri Munir meminta hasil otopsi terhadap jenazah almarhum. Dia datang bersama Smita Nososusanto, Emmy Hafizd, Usman Hamid dan Bini Buchori. Pihak kepolisian menyatakan dalam tubuh Munir terkandung zat arsenik yang melampui batas normal.

17 November 2004
Kontras, Suciwati dan tim kepolisian akan berangkat ke Belanda meminta akta otentik otopsi terhadap jenazah Munir. (Edy Can - Tempo)
* * * *

Yah itulah sekilas ttg Munir. Sejak kematian Munir didengungkan di berbagai macam media massa. Aku? Yang tidak tahu siapa Munir, menjadi tahu. Tetapi, point penting buat aku dia adalah Aktivis HAM! Di satu sisi, sebagai aktivis yang membela HAM, pasti Munir mendapat serangan atau teror dari pemerintahan. Itu bukan gosip, itu sudah menjadi hal biasa bagi seorang aktivis apa aja.
* * * *

Yang bikin aku sangat gregetan (baca: geram) adalah statement dari seorang bapak, aku lupa dia dari mana. Saat itu saya mendengar suara dia di MetroTV, which is MetroTV menanyangkan sembilan pilihan berita yang bisa dipilih oleh penonton. Bapak itu memilih tayangan tentang Munir. Dan komentar dia adalah: "Buat apa si Suciwati itu membela Munir. Emang siapa Munir? Dia bukan orang terkenal, ngapain dibela? Dia baru terkenal setelah mati!"

WOW!! berarti bagi si Bapak itu, yang harus dibela adalah orang-orang yang sudah punya nama, punya jabatan, terkenal! Kalau dia orang 'biasa' tidak perlulah dibela. Kelihatan bukan bahwa mental dan pikiran orang kita -Indonesia sudah diracun oleh hegemoni pemimpinnya! Hanya karena dia seorang aktivis, dia tidak perlu dibela? Lihat saja, berapa banyak aktivis di negeri kita banyak yang mati, tapi mereka tidak pernah di-expose! Bukan ingin mencari popularitas, tetapi apa penyebab mereka mati selalu ditutup-tutupi oleh Pimpinan Pemerintahan!! Karena dari mulut aktivis-lah bisa keluar borok dan nanah negeri ini!

Anyway, aku pas dengerin si Bapak itu ngomong, aku sempet marah! Marah, iya! Gimana engga? Seolah-olah bahwa hanya orang pentinglah yang kasusnya harus dibuka. Hmm... Munir juga manusia, Bapak! Munir juga ciptaan Tuhan, Bapak! Sekarang kalau memang hanya orang yang punya nama yang hanya bisa dibuka kasusnya, bagaimanan dengan tayangan macam Buser, Sergap, Delik, dan banyak macam mewarnai pertelevisian kita? Bukankah tayangan itu memuat beragam kejahatan -baik korban atau pelaku- yang didominasi oleh orang yang tidak punya nama? Kalau seperti itu bagaimana? Kenapa tidak usah ada aja tayangan seperti itu? Khan kata Bapak orang gak penting gak usah mendapat pembelaan berlebih...

Justru itulah, kenapa Ibu Suciwati getol mempertanyakan dan meminta keadilan sang Alm.Suaminya? Karena untuk menunjukkan betapa nistanya hukum di negeri ini!