Oleh-oleh dr Situbondo

Minggu, 24 Februari 2008

Tengah malam dpt kabar klo aku diajak ke Situbondo, membagikan sumbangan bagi korban bencana banjir. Bekerjasama dengan JawaPos dan RC Surabaya. Aku iyakan, aku ikut.. Daripada bengong, ngelamun, tar kesambet.. ya udah aku ikut.. :P

Berangkat jam 5pagi, sampai di Posko bencana (MTs. Nurul Amien-Besuki) qta disambut oleh santriwati/wan.. Aku lebih banyak diam, aku menagamati sekeliling MTs itu, yah Ormed-lah (orientasi Medan)..

Setelah itu, qta langsung menuju lokasi bencana alam.. Aku hanya bisa melihat sekelilingku.. "Ya Tuhan.. Engkau begitu dahsyat.. hingga perkampungan ini rata dengan tanah.. Bahkan banyak rumah yang terseret arus banjir.." Selama di lokasi bencana, aku ditemani oleh Novi (Santriwati), dia masih kls 3 SMP, tapi entah kenapa dia selalu menggandengku, menemaniku kemana aku pergi... Dia selalu ingin aku disebelahnya.. She's so nice girl..

Seusai pembagian sumbangan, aku dan yang lainnya kembali ke MTs, karena kita dijamu oleh pihak MTs.. Disinilah pergolakan batinku dimulai..
* * * *


Ada papan pengumuman yang begitu mengusikku (lebih tepatnya 'diskriminasi' buatku pribadi tentunya..). Papan itu bercat hijau daun, dengan tulisan berwarna putih, tertulis begini:


Apa yang ada dibenakku saat itu adalah, "Kenapa hanya yg putri yang tidak diperbolehkan berhubungan dengan putra??" dan "Kenapa, dijaman seperti ini masih ada yang beginian?" Kemudian, aku dengan berlagak oon, aku tanya-tanya dengan santriwati, sembari melihat-lihat asramanya..


Gee (G) : Nov, maksudnya papan itu apa? kog putri gak boleh berhubungan sama putra?
Novi (N) : Yah mbak.. ya brati qta g boleh pacaran
G : Oh gitu.. tapi boleh ngobrol khan? (Kenapa aku tanya begini, karena pernah aku
menginap di PonPes ZaHa @Kraksaan, cowok-cewek diperbolehkan berbicara
dengan jarak 10M! Gila gak sih??)
N : Ya tetep boleh mbak, orang qta disini satu kelas juga campur..
G : Oh.. Okeh.. trus Nov, klo bersentuhan atau pegang-pegang boleh ?
N : (dengan tersipu-sipu) Boleh mbak...

Gotcha!!! Hahahha.. Gak boleh pacaran tp boleh pegang-pegang.. Uhui.. Makanya gak heran, dan bukan rahasia lagi, di dunia per-Islam-an pun juga ada tradisi Mairil, nyempet, Poligami, antar kyai-santriwati terjadi persetubuhan.. So hypocrite ha??!!


Kedua, ada papan bertuliskan begini:

KAWASAN
WAJIB MENGGUNAKAN JILBAB

Sebetulnya ini tidak menggangguku, tetapi ulah para donatur-donatur yang bikin aku risih.. Ternyata mereka dari Sby sudah sangu satu kresek besar kerudung...!!! Jadi, mereka dah siap! Dan begitu sampai di MTs, mereka membagi-bagikan kerudung itu.. Aku juga kebagian, tetapi kutolak dengan halus, kataku,"Maaf, sya tidak mau memakai ini". Mereka kebingungan dan bertanya,"Kenapa?", aku jawab, "Saya tidak mau, jadi itu hak saya!" Mereka masih saja mendesakku,"Kamu khan perempuan, pakai donk?" Wah buatku ini saya sudah diintimidasi, dengan lantang saya bilang, "Itu khan untuk anda, perempuan, maaf saya laki!" Hahahaha.. Langsung diam de.. Jadi pada saat di MTs itu hanya saya satu-satunya yang tidak memakai jilbab, bodo amat!!
* * * *

Ketiga, ada seorang santriwati bertanya padaku,
"Mbak, msh kuliah? Umur berapa?"
Aku jawab,"Masih, aku umur 23".
Mereka kaget, dan kemudian bertanya," Wa.. sudah punya anak dan suami ya?"
Jujur, aku lebih kaget lagi.. "Ya belom-lah.. Waduh saya belum mikir kesana"
Seketika ada santriwati yang menimpali, "Mbak, umur segitu khan harusnya dah punya anak dan suami.."
Aku tersenyum, aku jawab," Aku masih ingin kerja, kuliah lagi, yaah.. menikah itu nanti ajalah... Aku masih punya mimpi-mimpi yang harus aku capai.. Emang, kmu diharuskan menikah ya?"
Mereka menjawab," Kalau saya masih umur 16 mbak, jd masih dibawah umur, gak boleh nikah.."
Hmmm... AKu mengerutkan keningku.. "Brati, setahun lagi dah bisa nikah donk??"
Mereka tersipu-sipu malu, "Ya kalau ada yg nglamar, ya langsung kawin mbak..."
Spontan aku berkata, "Aduh.. jangan dulu donk.. emang kamu gak mau kerja? Atau mungkin sekolah lagi..????" Aku harap-harap cemas menanti jawaban mereka...
"Ya... gimana lagi, pasti umur 17 nanti, pasti ada yg ngelamar, dan orangtua pasti menerima, ya kawin de..."
Pasrah.. aku menerima jawab itu.. "Ya...ya..ya... It's Ok! Pokoknya sukses de.."

... Bagi mereka menjadi seorang Janda adalah suatu kehormatan dibandingkan menjadi Perawan Tua. Mereka masih jauh dibawahku, kurang lebih 6 tahunan di bawahku.. Tapi mereka tidak mempunyai masa muda yang indah.. Bayangkan nanti diumur 17 tahun mereka sudah menikah, dan akan mempunyai anak.. Oh Tuhan... Kenapa harus perempuan yang menjadi korban kejamnya dunia patriarkhi ini ??
* * * *

Ada lagi yang bikin aku gemes... Kalau hari sudah menjelang sore.. Para santriwati tidak diperbolehkan keluar dari area asramanya, jadi kalau sore wilayah mereka hanyalah seputaran asrama itu. Beda dengan santriwan yang dengan mudahnya melenggang kangkung di area sekolahnya.. Dunia mereka begitu luas.. Iseng-iseng aku tanya, "Kenapa gak main-main ma yg cowok tuh disana.. ngobrol-ngobrol gitu??" Jawab mereka.. "Yah mbak.. Gak boleh.. kalau dah sore, qt gak boleh keluar dari area asrama ini, paling mentok ya sholat di masjid sebelah, setelah itu ya balik lagi masuk kamar.. Belajar.. Ngaji.. Atau ngobrol-ngobrol ma temen-temen cewek"
* * * *

Lagi-lagi... Perempuan lah yang harus menerima posisi kedua dalam bumi ini..
Miris aku ngeliat kenyataan ini..